Kumpulan cerita 17 tahun, cerita dewasa, cerita, cerita sex, cerita seks, cerita cerita seks

Monday 19 November 2007

Akibat Hujan Angin

Kepada seluruh pembaca 17Tahun.com, saya mengucapkan terima kasih atas
saran dan kritik tentang WP yang masuk, dan saya juga mohon maaf apabila
saya tidak dapat membalas beberapa pertanyaan dari para 17Tahun.com mania.

Sebelumnya saya akan memberitahu bahwa cerita ini terjadi sebelum saya
mengenal lebih dalam soal internet. Hanya luarnya saja. Ketika itu saya
masih kursus di sebuah lembaga sebut saja ITK (bukan universitas). Saat
itu saya masih belum begitu kenal dengan internet, dan saya masih dalam
taraf pemula dan baru sampai dalam soal hardware. Sejak berkenalan
dengan seorang teman di ITK saya mulai mengenal apa itu internet. Dan
saya suka sekali pergi ke warnet dan hampir tiap hari saya berada di
sana. Semakin lama saya suka sekali ber-chatting ria sampai suka lupa
waktu dan pulang malam hari.

Pada hari sabtu, saya seperti biasa suka nongkrong di warnet mulai jam
18:00, dan saya langsung mengecek e-mail. Setelah selesai saya suka
browsing sambil chat. Pada saat itu hujan deras mengguyur seisi kota
disertai angin. Pada saat saya membeli minuman (di dalam warnet), saya
melihat dua orang gadis yang memasuki warnet. Mereka terlihat basah
kuyup karena kehujanan, dan ketika itu mereka mengenakan kaos warna
putih dan biru (cewek yang satunya), dan celana pendek. Dari balik kaos
putih basah itu saya bisa melihat sebuah BH warna merah muda, juga
sepasang payudara montok agak besar. Saya kembali ke meja dan melihat
mereka berdua menempati meja di depan saya. Sambil menunggu jawaban dari
chat, saya mencuri pandang pada dua gadis itu. Semakin lama saya lihat
saya tidak bisa konsentrasi, mungkin karena cara duduk mereka yang hanya
mengenakan celana pendek itu, sehingga terlihat paha putih mulus dan
juga sepasang buah dada dalam BH yang tercetak jelas akibat baju yang
basah.

Pada jam 20:00, listrik di warnet itu padam. Para penjaga warnet
terlihat sibuk memberitahu bahwa listrik akan segera menyala dan meminta
agar netter sabar. Tetapi 30 menit berlalu dan tidak ada tanda-tanda
bahwa listrik akan menyala sehingga sebagian netter merasa tidak sabar
dan pulang. Sedangkan saya masih di dalam warnet dan ingin ikut pulang,
tapi saya tidak bisa karena di luar hujan masih deras dan saya hanya
membawa motor. Begitu juga dengan 2 gadis di depan saya, mereka sudah
membayar uang sewa dan tidak bisa pulang karena hujan masih deras.
Mereka hanya bisa duduk di sofa yang disediakan pihak warnet (sofa yang
digunakan untuk netter apabila warnet sudah penuh dan netter bersedia
menunggu), wajah mereka tampak gelisah terlihat samar-samar akibat
emergency light yang terlampau kecil, mungkin karena sudah malam dan
takut tidak bisa pulang.

Melihat kejadian itu saya tidak tega juga, apalagi hawa menjadi dingin
akibat angin yang masuk dari lubang angin di atas pintu. Saya pun
mendekati mereka dan duduk di sofa. Ternyata mereka enak juga diajak
ngobrol, dari situ saya mengetahui nama mereka adalah, Tuti (baju putih)
dan Erni (baju biru). Lagi enak-enaknya ngobrol kami dikejutkan oleh
seorang cewek yang masuk ke dalam sambil tergesa-gesa. Dari para penjaga
yang saya kenal, cewek tadi adalah pemilik warnet. Saya agak terkejut
karena pemilik warnet ini ternyata masih muda sekitar 25 tahun, cantik
dan sexy. Cewek tadi menyuruh para penjaga pulang karena listrik tidak
akan nyala sampai besok pagi.

Setelah semua penjaga pulang, cewek tadi menghampiri kami.
"Dik, Adik bertiga di sini dulu aja, kan di luar masih hujan, sekalian
nemenin Mbak ya.." kata cewek yang punya nama Riyas ini. Kemudian
berjalan ke depan dan menurunkan rolling door.
"Saya bantu Mbak," kataku.
"Oh, nggak usah repot-repot.." jawabnya. Tapi aku tetap membantunya, kan
sudah di beri tempat berteduh. Setelah selesai aku menyisakan satu pintu
kecil agar kalau hujan reda aku bisa lihat.
"Ditutup saja Dik, dingin di sini.." kata Riyas, dan aku menutup pintu
itu. Entah setan mana yang lewat di depanku, otak ini langsung berpikir
apa yang akan terjadi jika ada tiga cewek dan satu pria dalam sebuah
ruangan yang tertutup tanpa orang lain yang dapat melihat apa yang
sedang terjadi di dalam. Aku kembali duduk di sofa sambil berbincang
dengan mereka bertiga jadi sekarang ada empat orang yang tidak tahu akan
berbuat apa dalam keremangan selain berbicara.
"Sebentar ya Dik, saya ke atas dulu, ganti baju.." kata Riyas.
Aku bertanya dengan nada menyelidik, "Mbak tinggal di sini ya?"
"Iya, eh kalian di atas aja yuk supaya lebih santai, lagian baterai
lampu sudah mau habis, ya.." katanya.

Kami bertiga mengikuti Mbak Riyas ke atas. Warnet itu terdapat di sebuah
ruko berlantai tiga, lantai satu dipakai untuk warnet, lantai dua
dipakai untuk gudang dan tempat istirahat penjaga, lantai tiga inilah
rumah Riyas. Menaiki tangga ke lantai tiga, terdapat sebuah pintu yang
akan menghentikan kita apabila pintu tidak dibuka, setelah masuk kami
tidak merasa berada di sebuah ruko tapi di rumah mewah yang besar, kami
disuruh duduk di ruang tamu. Riyas bilang dia akan mandi dan menyalakan
sebuah notebook agar kami bertiga tidak bosan menunggu dia mandi.

Ternyata notebook itu tidak memiliki game yang bisa membuat kami senang.
Tapi aku sempat melihat shortcut bertuliskan 17Thn (ketika itu masih
17tahun.zip), aku menduga ini adalah permainan, ketika kubuka ternyata
isinya adalah cerita yang membuat /adikku/ berdiri. Tuti dan Erni pun
agak malu melihat cerita-cerita itu. Tapi yang membuat aku tidak tahan
adalah mereka tidak memperbolehkan aku menutup program itu dan mereka
tetap membaca cerita itu sampai habis. Aku pun hanya bisa terbengong
melihat mereka berada di kiri dan kananku. Setelah selesai membaca, Tuti
merapatkan duduknya dan aku bisa merasakan benda kenyal menempel di
lengan kananku. Erni pun mulai menggosokkan telapak tangannya ke paha
kiriku. Sambil mereka melihat cerita yang lain, aku merasakan sakit di
dalam celanaku. Aku sudah tidak bisa konsentrasi pada cerita itu, mereka
semakin menjadi-jadi, bahkan Tuti membuka kaosnya dengan alasan merasa
panas, sedangkan Erni membuka kaosnya dengan alasan kaosnya basah dan
takut masuk angin. Aku merasa panas juga melihat tubuh mereka, sambil
membetulkan posisi /adik/, aku mengatakan kalau hawanya memang panas dan
aku membuka baju juga.

Kini tangan mereka berdua dirangkulkan di tengkukku, aku semakin panas
karena lenganku merasa ada dua benda kenyal yang menghimpit tubuhku dari
kiri dan kanan. Akhirnya jebol juga iman ini, aku menaruh notebook itu
di meja di depanku dan aku menciumi Tuti dengan nafsu yang sudah
memuncak, Tuti pun tak mau kalah sama seranganku, dia membalas dengan
liar. Sedangkan Erni sibuk menciumi dan menjilati dadaku. Tangan kiriku
kulingkarkan pada Erni dan mulai meremas buah dada yang masih tertutup
BH itu, sedangkan tangan kananku kulingkarkan di tubuh Tuti dan
memasukkan ke dalam BH dan meremas buah dadanya. Erni mulai membuka
celanaku dan menghisap penis yang sudah tegang itu.

"Ouhh.. mmhh.. yahh.." aku mulai menikmati jilatan Erni pada kepala
penisku. Tuti pun jongkok di depanku dan menjilat telurku. Aku hanya
bisa pasrah melihat dan menikmati permainan mereka berdua. Kemudian
Riyas keluar dari kamar dengan selembar handuk menutupi tubuh, dia
menarik meja di depanku supaya ada cukup tempat untuk bermain. Riyas
berlutut sambil membuka celana Tuti. Setelah celana Tuti lepas, dia
mulai menghisap vagina Tuti. "Ooohh.. Ssshh.. ahh.." Tuti mendesah. Tak
lama kemudian Tuti membalikkan tubuhnya dan sekarang posisi Riyas dan
Tuti menjadi "69". Aku pun sudah tak tahan lagi, segera kuangkat Erni
dan membaringkannya di lantai dan membuka celananya. Setelah terbuka aku
langsung menghisap vagina yang sedang merah itu. "Auuhh.. Ooohh..
Sayang.." desahan Erni semakin membuatku bernafsu.

Dengan segera aku mengarahkan penisku ke vagina Erni, dan mulai
menusukkan secara perlahan. Erni merasa kesakitan dan mendorong dadaku,
aku menghentikan penisku yang baru masuk kepalanya itu. Selang agak lama
Erni mulai menarik pinggangku agar memasukkan penis ke vaginanya,
setelah masuk semua aku menarik perlahan-lahan dan memasukkannya kembali
secara perlahan-lahan. "Ahh.. ayo Sayang.. ohh.. cepat.." Aku pun mulai
mempercepat gerakanku. Dari tempatku terlihat Tuti dan Riyas saling
menggesek-gesekkan vagina mereka. "Auuhh.. oouuhh.. iyahh.. yahh..
sshh.. hh.." desahan Erni berubah menjadi teriakan histeris penuh nafsu.

Tak lama kemudian Erni mencapai orgasme, tapi aku terus menusukkan penis
ke arah vagina Erni. "Gantian donk, aku juga pingin nih.." kata Tuti
sambil menciumi bibir Erni. Aku pun menarik penisku dan mengarahkan ke
vagina Tuti setelah dia telentang. Ketika penisku masuk, vaginanya
terasa licin sekali dan mudah sekali untuk masuk, rupanya dia telah
mengalami orgasme bersama Riyas. Tampaklah Erni dan Riyas tertidur di
lantai sambil berpelukan. Sedangkan aku terus menggenjot tubuh Tuti
sampai akhirnya Tuti sudah mencapai puncak dan aku merasakan akan ada
sesuatu yang akan keluar. "Aahh.." suara yang keluar dari mulutku dan
Tuti. Akhirnya kami berempat tertidur dan pulang pada esok paginya.
Setelah kejadian itu aku tidak pernah bertemu dengan Tuti dan Erni.
Riyas sekarang sudah menikah dan tetap tinggal di ruko itu. Sedangkan
aku masih sibuk dengan urusan kerja dan tidak pernah ke warnet itu lagi
karena sudah ada sambungan internet di rumahku.

Terima kasih anda telah membaca cerita ini tapi cerita ini masih banyak
kekurangannya. Bagi anda yang ingin mengkritik dan memberikan saran
untuk cerita selanjutnya atau ingin berkenalan silahkan kirimkan e-mail.
Dan juga berikan vote anda mengenai cerita ini.

No comments:

cerita 17 tahun, cerita dewasa, cerita, cerita sex, cerita seks, cerita cerita seks, cerita panas, koleksi cerita seks, cerita seru, cerita lucah, indonesia cerita dewasa, cerita sedap, cerita perkosaan, cerita sex melayu, cerita seks melayu, cerita porn, cerita lucu, cerita cerita tentang seks, cerita seks malaysia, koleksi cerita lucah, cerita melayu, cerita cipap, cerita pantat, kumpulan cerita seks melayu, cerita 17 tahun, 17 tahun, 17 tahun gadis telanjang, gadis 17 tahun